Antara Aku dan Dunia

Statue of Alexander von Humboldt, Humboldt University in Berlin, Germany.

Reza Alexander Antonius Wattimena

Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Pernah mengajar di berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Universitas Airlangga, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Presiden, Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Universitas Multimedia Nusantara. Kontributor di berbagai media massa maupun jurnal ilmiah. Konsultan pengembangan, terutama di bidang politik, pendidikan, spiritualitas maupun bisnis.

Reza A.A. Wattimena
Foto Reza A.A Wattimena

URAIAN DAN TANGGAPAN ATAS FILSAFAT PENDIDIKAN WILHELM VON HUMBOLDT DI DALAM THEORIE DER BILDUNG DES MENSCHEN

Reza A.A Wattimena, Faculty of Philosophy Widya Mandala Catholic University Surabaya, Indonesia

Wilhelm von Humboldt has put the foundation of Germany’s educational system. He emphasizes the importance of integrity in term of individual personality. Through education, one can develop one’s integrity and personality. The basis of this integrity is human freedom, that is, the freedom to decide one’s own worldview according to one’s choices in life. With this freedom, human is fashioned through the process of education to develop his/her intellectual knowledge, conscience and skills to work in life. One then can contribute genuinely to the development of one’s neighbourhood and society. However, Humboldt’s theory of education needs some critical remarks as well. Without bold conscience the concept of integrity and personality might be twisted into a justification of selfimportance. Germany had its own criticism concerning this arrogance during the World War II. Apart from that, when interpreted and applied critically, Humboldt’s ideas of education may contribute a great deal to the development of educational system as well as philosophy of education in Indonesia.

Upaya untuk menemukan filsafat dan sistem pendidikan untuk Indonesia perlu terus menerus dilakukan. Dunia terus berubah. Banyak hal baru ditemukan. Hubungan antarmanusia dan antarbangsa pun berubah. Teknologi maju begitu pesat. Hal-hal lama ditinggalkan, namun sekaligus hal-hal baru belum sepenuhnya terpahami. Manusia hidup terus menerus dalam situasi persimpangan. Stabilitas pun menjadi sesuatu yang nyaris tak tercapai. Untuk bisa bertahan dan berkembang sebagai bangsa, Indonesia perlu meningkatkan sumber daya manusianya. Dalam hal ini, pengembangan pendidikan adalah kunci utama yang tak bisa diabaikan. Setidak-tidaknya ada dua jalan yang bisa ditempuh. Pertama, mengamati dengan teliti sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia, dan menafsirkan kembali ide-ide dasar para tokoh pendidikan di Indonesia. Kedua, belajar dari pengalaman bangsa lain.

Dalam konteks tulisan ini, saya mencoba berdialog dengan pemikiran Wilhelm von Humboldt, Bapak Pendidikan Jerman, tentang pendidikan. Ia menuangkan pemikirannya dalam sebuah tulisan pendek berjudul Theorie der Bildung des Menschen. Saat ini, dengan birokrasi pendidikan yang relatif bersih dan tradisi intelektual yang panjang, Jerman menjadi negara tujuan belajar dari seluruh dunia.1 Pemikiran Humboldt tentang pendidikan menjadi dasar sekaligus roh dari seluruh sistem pendidikan di Jerman sekarang ini. Untuk menjelaskan dan menanggapi pemikiran Humboldt tentang pendidikan, tulisan ini akan dibagi ke dalam empat bagian. Awalnya, (1) saya akan menjelaskan inti utama dari filsafat pendidikan Humboldt di dalam Theorie der Bildung des Menschen, lalu (2) saya akan mencoba melihat relevansi pemikiran Humboldt tersebut untuk perkembangan pendidikan di Indonesia; setelah itu, (3) saya juga akan memberikan catatan kritis untuk pemikiran Humboldt; dan akhirnya (4) tulisan ini akan ditutup dengan simpulan.

Filsafat Pendidikan Humboldt

Nama lengkapnya adalah Friedrich Wilhelm Christian Karl Ferdinan Freiherr von Humboldt.2 Ia dilahirkan pada 22 Juni 1767 di Postdam, dan meninggal pada 8 April 1835 di Tegel, dekat Berlin. Ayahnya adalah seorang guru privat yang memiliki akar kuat pada tradisi Filsafat Pencerahan. Humboldt kemudian belajar ilmu-ilmu alam, bahasa Yunani, Latin dan Prancis. Ia juga pernah belajar pada Immanuel Kant dan kemudian berteman dengan Friedrich Heinrich Jacobi, Goethe dan Schiller. Pada 1790, ia bekerja sebagai pegawai pemerintah Prussia. Pada 1797, ia pindah ke Paris, namun ia tetap mempertahankan hubungan baik dengan kalangan intelektual dan politikus Prussia.

Kunjungi website Reza, Pendiri Rumah Filsafat: Untuk Dunia yang Sadar dan Bernalar Sehat https://rumahfilsafat.com/2014/12/08/antara-aku-dan-dunia/

Bagikan

Baca Lainnya